kandungan zat tanaman katuk yang memiliki nama ilmiah berdasarkan hasil analisis sauropus androgynus hasil analisis GCMS pada ekstrak heksana
menunjukkan adanya beberapa senyawa alifatik. Pada ekstrak eter terdapat
komponen utama yang meliputi : monometil suksinat, asam benzoat dan asam
2-fenilmalonat; serta komponen minor meliputi : terbutol, 2-propagiloksan,
4H-piran-4-on, 2-metoksi-6-metil, 3-peten-2-on, 3-(2-furanil), dan asam
palmitat. Pada ekstrak etil asetat terdapat komponen utama yang meliputi:
sis-2-metil-siklopentanol asetat. Kandungan daun katuk meliputi protein, lemak,
kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B, dan C. pirolidinon, dan metil piroglutamat
serta p-dodesilfenol sebagai komponen minor.
Dalam 100 g daun katuk terkandung: energi 59 kal, protein
6,4 g, lemak 1,0 g, hidrat arang 9,9 g, serat 1,5 g, abu 1,7 g, kalsium 233 mg,
fosfor 98 mg, besi 3,5 mg, karoten 10020 mcg (vitamin A), B, dan C 164 mg,
serta air 81 g. Tanaman katuk dapat meningkatkan produksi ASI diduga
berdasarkan efek hormonal dari kandungan kimia sterol yang bersifat estrogenik.
Pada penelitian terdahulu daun katuk mengandung efedrin.
Efek Farmakologis
Daun katuk berkhasiat memperbanyak air susu, untuk demam,
bisul, borok dan darah kotor. Tiga peneliti menyatakan infus daun katuk dapat
meningkatkan produksi air susu pada mencit. Infus daun katuk dapat meningkatkan
jumlah asini tiap lobulus kelenjar susu mencit. Satu peneliti menyatakan isolat
fase eter dan ekstrak petroleum eter daun katuk tidak menyebabkan peningkatan
sekresi air susu yang bermakna. Satu peneliti menyatakan bahwa dekok akar katuk
mempunyai efek antipiretik terhadap burung merpati.
Infus akar katuk mempunyai efek diuretik dengan dosis 72
mg/100 g bb. Konsumsi sayur katuk oleh ibu menyusui dapat memperlama waktu
menyusui bayi perempuan secara nyata dan untuk bayi pria hanya meningkatkan
frekuensi dan lama menyusui. Proses perebusan daun katuk dapat menghilangkan
sifat anti protozoa. Pemberian infus daun katuk kadar 20 %, 40 %, dan 80 % pada
mencit selama periode organogenesis tidak menyebabkan cacat bawaan
(teratogenik) dan tidak menyebabkan resorbsi. Jus daun katuk mentah digunakan sebagai
pelangsing tubuh alami di Taiwan.
Efek samping
kandungan zat tanaman katuk dan efeknya terjadi di Taiwan, 44 orang mengkonsumsi jus daun katuk mentah (150
g) selama 2 minggu - 7 bulan, terjadi efek samping dengan gejala sukar tidur,
tidak enak makan dan sesak nafas. Gejala hilang setelah 40-44 hari menghentikan
konsumsi jus daun katuk. Hasil biopsi dari 12 pasien menunjukkan bronkiolitis
obliterasi.(9) Sejumlah 178 pasien mengkonsumsi jus daun katuk mentah dengan
dosis 150 g / hari (60,7 %), digoreng (16,9 %), campuran (20.8 %), dan digodok
(1,7 %), selama 7 bulan - 24 bulan. Terdapat efek samping setelah penggunaaan
selama 7 bulan berupa gejala obstruksi bronkiolitis sedang sampai parah,
sedangkan konsumsi selama 22 bulan atau lebih menyebabkan gejala bronkiolitis
obliterasi yang permanen.
Di Amerika, sejak tahun 1995 daun katuk goreng, salad daun
katuk, dan minuman banyak dikonsumsi oleh masyarakat sebagai obat antiobesitas
(pelangsing tubuh). Penelitian dilakukan terhadap 115 kasus bronkiolitis
obliterasi (110 perempuan dan 5 pria), berumur antara 22-66 tahun yang
sebelumnya mengkonsumsi daun katuk. Pada uji fungsi paru terlihat obstruksi
sedang sampai parah. Pengobatan dengan campuran kortikosteroid, bronkodilatasi,
eritromisin, dan zat imunosupresi hampir tidak berkhasiat. Setelah 2 tahun
bronkiolitis obliterasi berkembang menjadi parah dan terjadi kematian pada 6
pasien (6,1 %).
Proses perebusan daun katuk dapat menghilangkan sifat anti
protozoa. Jadi dapat disimpulkan pemanasan dapat mengurangi sampai meniadakan
sifat racun daun katuk.
Jenis sediaan daun katuk
Dari 213 jenis jamu yang berasal dari 9 pabrik jamu, hanya
ditemukan 6 jenis jamu (2,8 %) yang mengandung daun katuk. Dari 6 jenis
tersebut, 4 jenis di antaranya mempunyai indikasi sebagai pelancar ASI. Data tahun 2000 menunjukkan 10 jenis sediaan fitofarmaka
daun katuk sebagai pelancar ASI telah beredar di Indonesia.
Pemanfaatan daun katuk sebagai jamu atau sediaan fitofarmaka
adalah sebagai pelancar ASI. Efek samping utama daun katuk adalah konstriksi
bronkiolitis yang permanen.
Penelitian efek samping pelancar ASI terhadap ibu dan anak
belum penah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini perlu dilakukan, dan jika
telah terbukti keamanannya maka sediaan fitofarmaka daun katuk mempunyai
peluang untuk dianjurkan agar digunakan. informasi mengenai kandungan zat tanaman katuk dan efeknya ini semoga bermanfaat
sumber http://www.smallcrab.com
No comments:
Post a Comment